Assalamu'alaikum Wr.Wb
Jumpa lagi dengan saya, pada kesempatan ini saya ingin berbagi tentang sejarah islam lebih tepatnya pada masa Bani Umayyah. Sehubungan saya mendapat tugas makalah dengan judul tersebut maka sekalian juga saya share ilmu dengan saudara saudara yang ada dimanapun, malah lebih bagus kita saling melengkapi kalau saya ada kekurangan dalam menulis tentang topik ini :D . Langsung saja kita bahas tentang Bani Umayyah
PERKEMBANGAN ISLAM
PADA MASA
DINASTI BANI UMAYYAH
SEJARAH BERDIRINYA DAULAH AMAWIYAH
(UMAYYAH)
Asal Mula Bani Umayyah
Nama
Daulah Amawiyah tidak lain adalah Bani Umayyah. Daulah Amawiyah berasal dari
nama Umayyah ibnu ‘Abdi Syam ibnu ‘Abdi Manaf,yaitu salah seorang dari
pemimpin-pemimipin kabilah Quraisy dizaman Jahiliyah. Umayyah senantiasa
bersaing dengan pamannya, Hasyim ibnu ‘Abdi Manaf. Persaingan ini terjadi
karena sama-sama ingin merebut pengaruh
(kehormatan) di tengah-tengah masyarakatnya. Pada waktu itu, siapa yang
memiliki pengaruh paling besar, maka ia langsung diangkat menjadi pemimpin di
tengah-tengah masyarakat. Begitulah persaingan antara keduanya terus berlanjut
hingga saling mengalahkan. Jadi tak mengherankan bila dalam persaingan ini
berujung pada permusuhan.
Dalam
persaingan tersebut, Umayyah memperoleh kemenangan dan dapat merebut kekuasaan.
Sebab ia merupakan salah satu kabilah yang sangat terhormat dan disegani,
mempunyai banyak harta kekayaan dan juga banyak memiliki keturunan sepuluh
orang putra yang kesemuanya terpandang. Ketiga unsur ini merupakan potensi
besar yang membawa keturunan Umayyah menjadi penguasa bangsa Arab Quraisy saat
itu.
Setelah
agama Islam datang hubungan antara Bani Umayyah dengan saudara-saudara sepupu
mereka Bani Hasyim semakin tegang (tidah
harmonis). Persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi
berubah menjadi permusuhan yang lebih nyata.
Bani
Umayyah dengan tegas menentang Rasulullah saw dalam mengembangkan agama Islam.
Sebaliknya Bani Hasyim menjadi penyokong dan pelindung Rasulullah saw, baik
mereka yang sudah masuk Islam ataupun yang belum masuk Islam sama sekali. Pada
waktu Rasulullah saw bersama ribuan kaum muslimin menduduki kota Mekkah, pada
saat itulah Bani Umayyah menyatakan masuk Islam dan bergabung bersama
Rasulullah.
Walaupun
Bani Umayyah pernah memusuhi Rasulullah saw dengan tindakannya yang keras,
namun setelah masuk Islam merka dengan segera dapat menunjukkan semangat
kepahlawanan yang sulit dicari tandingannya. Mereka telah banyak sekali
mencatat prestasi dalam penyiaran agama Islam, antara lain peperangan yang
dilancarkan dalam memerangi orang murtad, orang-orang yang mengaku dirinya nabi
atau rasul, dan orang yang enggan membayar zakat (ketika Umayyah bergabung
dengan khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq).
Proses dan sebab-sebab berdirinya
berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Proses
terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai sejak khalifah Utsman bin Affan
tewas terbunuh oleh tikaman pedang Humran bin Sudan pada tahun 35 H/656 M. Pada
saat itu khalifah Utsman bin Affan di anggap terlalu nepotisme (mementingkan
kaum kerabatnya sendiri) dalam menunjuk para pembantu atau gubernur di wilayah
kekuasaan Islam.
Masyarakat
Madinah khususnya para shahabat besar seperti Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair
bin Awwam mendatangi shahabat Ali bin Abi Thalib untuk memintanya menjadi
khalifah pengganti Utsman bin Affan. Permintaan itu di pertimbangkan dengan
masak dan pada akhirnya Ali bin Abi Thalib mau menerima tawaran tersebut.
Pernyataan bersedia tersebut membuat para tokoh besar diatas merasa tenang, dan
kemudian mereka dan para shahabat lainnya serta pendukung Ali bin Abi Thalib
melakukan sumpah setia (bai’at) kepada Ali pada tanggal 17 Juni 656 M/18
Dzulhijah 35 H. Pembai’atan ini mengindikasikan pengakuan umat terhadap
kepemimpinannya. Dengan kata lain, Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang
paling layak diangkat menjadi khalifah keempat menggantikan khalifah Utsman bin
Affan.
Pengangkatan
Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat oleh masyarakat madinah dan
sekelompok masyarakat pendukung dari Kuffah ternyata ditentang oleh sekelompok
orang yang merasa dirugikan. Misalnya Muwiyah bin Abi Sufyan gubernur Syiria
dan Marwan bin Hakam yang ketika pada masa Utsman bin Affan, menjabat sebagai
sekretaris khalifah.
Dalam
suatu catatan yang di peroleh dari khalifah Ali adalah bahwa Marwan pergi ke
Syam untuk bertemu dengan Muawiyah dengan membawa barang bukti berupa jubah
khalifah Utsman yang berlumur darah.
Penolakan
Muawiyah bin Abi Sufyan dan sekutunya terhadap Ali bin Abi Thalib menimbulkan
konflik yang berkepanjangan antara kedua belah pihak yang berujung pada
pertempuran di Shiffin 38 H/657 M. Muawiyah tidak menginginkan adanya
pengangkatan kepemimpinan umat Islam yang baru.
Beberapa
saat setelah kematian khalifah Utsman bin Affan, masyarakat muslim baik yang
ada di Madinah , Kuffah, Bashrah dan Mesir telah mengangkat Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah pengganti
Utsman. Kenyataan ini membuat Muawiyah tidah punya pilihan lain, kecuali harus
mengikuti khalifah Ali bin Abi Thalib dan tunduk atas segala perintahnya.
Muawiyah
menolak kepemimpinan tersebut juga karena ada berita bahwa Ali akan
mengeluarkan kebijakan baru untuk mengganti seluruh gubernur yang diangkat
Utsman bin Affan.
Muawiyah
mengecam agar tidak mengakui (bai’at) kekuasaan Ali bin Abi Thalib sebelum Ali
berhasil mengungkapkan tragedi terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, dan
menyerahkan orang yang dicurigai terlibat pembunuhan tersebut untuk dihukum.
Khalifah
Ali bin Abi Thalib berjanji akan menyelesaikan masalah pembunuhan itu setelah
ia berhasil menyelesaikan situasi dan kondisi di dalam negeri. Kasus itu tidak
melibatkan sebagian kecil individu, juga melibatkan pihak dari beberapa daeraha
seperti Kuffah, Bashrah, dan Mesir.
Permohonan
atas penyelesaian kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan ternyata juga
datang dari istri Nabi Muhammad saw, yaitu Aisyah binti Abu Bakar. Siti Aisyah
mendapat penjelasan tentang situasi dan keadaan politik di ibukota Madinah, dari
shahabat Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair ketika bertemu di Bashrah. Para
shahabat menjadikan Siti Aisyah untuk bersikap sama, untuk penyelesaian
terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, dengan alasan situasi dan kondisi tidak
memungkinkan di Madinah. Disamping itu, khalifah Ali bin Abi Thalib tidak
menginginkan konflik yang lebih luas dan lebar lagi.
Akibat
dari penanganan kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, munculah isu bahwa
khalifah Ali bin Abi Thalib sengaja mengulur waktu karena punya kepentingan
politis untuk mengeruk keuntungan dari krisis tersebut. Bahkan Muawiyah menuduh
Ali bin Abi Thalib berada di balik kasus pembunuhan tersebut.
Tuduhan
ini tentu saja tuduhan yang tidak benar, karena justru pada saat itu Sayidina
Ali dan kedua putranya Hasan dan Husain serta para shahabat yang lain berusaha
dengan sekuat tenaga untuk menjaga dan melindungi khalifah Utsman bin Affan
dari serbuan massa yang mendatangi kediaman khalifah.
Sejarah
mencatat justru keadaan yang patut di curigai adalah peran dari kalangan
pembesar istana yang berasal dari keluarga Utsman dan Bani Umayyah. Pada
peristiwa ini tidak terjadi seorangpun di antara mereka berada di dekat
khalifah Utsman bin Affan dan mencoba memberikan bantuan menyelesaikan masalah
yang dihadapi khalifah.
Kemelut
yang di hadapi khalifah Utsman bin Affan sebenarnya telah tercium jauh-jauh
hari sebelumnya. Bahkan dengan perantara kurir bernama Mussawir bin
Makharramah, pesan dari khalifah Utsman bin Affan ini tidak dilaksanakan oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan yang datang dikawal oleh dua orang kepercayaannya yaitu
Muawiyah bin Khudaj dan Muslim bin Uqbah serta menyarankan agar khalifah Utsman
pindah ke Syam dengan alasan karena ia akan di kelilingi oleh orang-orang
Muawiyah yang setia.
Usulan
yang diajukan Muawiyah ini tidak diterima oleh khalifah Utsman bin Affan yang
berpendapat bahwa Madinah adalah ibukota kekhalifahan dan masih banyak para
shahabat yang setia serta disana pula ada makam Nabi.
Sebelum
menguraikan sejarah sejarah lebih lanjut tentang prose terbentuknya Dinasti
Umayyah ini, terlebih dahulu marilah kita tengok proses terbentuknya kejadian
yang menyebabkan proses terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan sebagai khalifah
ketiga setelah wafatnya Rasulullah saw.
Dalam
menjalankan roda pemerintahannya, kalifah Utsman bin Affan banyak menunjuk para
gubernur di daerah yang berasal dari kaum kerabatnya sendiri. Salah satu
gubernur yang ia tunjuk adalah gubernur Mesir, Abdullah Sa’ad bin Abi Sarah.
Gubernur Mesir ini di anggap tidak adil dan berlaku sewenang-wenang terhadap
masyarakat Mesir. Ketidak puasan ini menyebabkan kemarahan di kalangan
masyarakat sehingga mereka menuntut agar Gubernur Abdullah bin Sa’ad segera di
ganti. Kemarahan para pemberontak ini semakin bertambah setelah tertangkapnya seorang
utusan istana yang membawa surat resmi dari khalifah yang berisi perintah
kepada Abdullah bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir untuk membunuh Muhammad bin
Abu Bakar. Atas permintaan masyarakat Mesir, Muhammad bin Abu Bakar diangkat
untuk menggantikan posisi gubernur Abdulah bin Sa’ad yang juga sepupu dari
khalifah Utsman bin Affan.
Tertangkapnya
utusan pembawa surat resmi ini menyebabkan mereka menuduh khalifah Utsman bin
Affan melakukan kebajikan yang mengancam nyawa para shahabat.
Umat
Islam Mesir melakukan protes dan demonstrasi secara massal menuju rumah
khalifah Utsman bin Affan. Mereka juga tidak menyenangi atas system
pemerintahan yang sangat sarat dengan kolusi dan nepotisme. Keadaan ini
menyebabkan mereka bertambah marah dan segeras menuntut khalifah Utsman bin
Affan untuk segera meletakkan jabatan.
Persoalan-persoalan
yang dihadapi oleh khalifah Utsman bin
Affan semakin rumit dan kompleks , sehinggatidak mudah untuk di selesaikan
secepatnya. Massa yang mengamuk saat itu tidak dapat menahan emosi dan langsung
menyerbu masuk kedalam rumah khalifah,sehingga khalifah Utsman terbunuh dengan
sangat mengenaskan.
Meninggalnya
khalifah Utsman bin Affan pada tahun 35 H/656 M dan terpilihnya Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah baru sangat mengguncangkan keluarga Bani Umayyah.
Mereka berusaha mencari informasi siapa pembunuh Utsman sebenarnya dan mereka
akan menuntut kematian khalifah dengan cara melakukan balas dendam.
Akhirnya
mereka mendapat informasi bahwa orang yang patut di curigai membunuh khalifah
Utsman bin Affan adalah Muhammad bin Abu Bakar. Mereka menuntut khalifah Ali
bin Abi Thalib agar Muhammad bin Abu Bakar segera di tangkap dan di adili.
Tuntutan itu tentu saja tidak segera dikabulkan oleh khalifah Ali bin Abi
Thalib, karena tuntutan itu tidak jelas maka khalifah Ali bin Abi Thalib
menolak tuntutan yang di ajukan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan.
Tuduhan
yang di arahkan kepada Muhammad bin Abu Bakar dan khalifah Ali bim Abi Thalib
sebenarnya menjatuhkan kekuasaan khalifah yang sah. Keadaan ini jelas sangat
jauh berbeda dengan gaya kepemimpina khalifah Ali bin Abi Thalib yang tegas,
lugas, dan jujur.
Beberapa
gubernur yang diganti antaralain Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai gubernur Syam
yang dig anti dengan Sahal bin Hunaif. Pengiriman gubernur baru ini di tolak
Muawiyah bin Abi Sufyan serta masyarakat Syam.
Pendapat
khalifah Ali bin Abi Thalib tentang pergantian dan pemecatan gubernur ini
berdasarkan pengamatan bahwa segala kerusuhan dan kekacauan yang terjadi selama
ini di sebabkan karena ulah Muawiyah dan gubernur-gubernur lainnya yang
bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan pemerintahannya. Begitu juga pada
saat peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan disebabkan karena
kelalaian mereka.
B. Silsilah Keluarga Bani Umayah
Secara
geneologis (garis keturunan) Muawiyah bin Abi Sofyan bertemu dengan silsilah
keluarga Nabi Muhammad SAW pada Abdul Manaf. Keluarga Nabi Muhammad SAW dikenal
dengan sebutan Bani Hasyim, sedangkan keluarga Umayah disebut dengan Bani
Umayyah.
Berikut
ini adalah silsilah Bani Umayyah, yang menunjukkan hubungan kekerabatan antara
Keluarga Bani Umayah dengan Bani Hasyim (keluarga Nabi Muhammad SAW.)
Silsilah
Bani Umayah
C. Nama-nama Khalifah Dinasti Bani Umayah
Nama-nama
kholifah Bani Umayah yang berkuasa selama kurang lebih 91 tahun, terdiri dari
empat belas khalifah, yaitu:
1. Muawiyah bin Abi Sofyan (41-60 H/661-680
M)
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 H/680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (64-64H/683-683 M)
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705
M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715
M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-716
M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/716-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-744 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/ 744-745 M)
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)
Di
antara 14 orang khalifah Bani Umayah yang berkuasa selama lebih kurang 90
tahun, terdapat beberapa orang khalifah yang dianggap berhasil dalam
menjalankan roda pemerintahan. Adapun nama-nama khalifah Bani Umayah yang
menonjol karena prestasinya adalah:
1. Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan
2. Khalifah Abdul Malik bin Marwan
3. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
4. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
5. Khalifah Hisyam bin Abdul Malik
C. PRESTASI DINASTI BANI UMAYYAH
1.
Perkembangan bangunan berupa fisik
- Kordova
Kota ini terletak di sebelah selatan lereng gunung Sierre de Cordova dan
di tepi sungai Guadalquivir. Sebelum Spanyol ditaklukkan oleh tentara Islam
tahun 711 M, Kordova adalah ibukota kerajaan Kristen Visigoth, sebelum
dipindahkan ke Toledo. Penaklukan Spanyol oleh pasukan Islam terjadi pada masa
khalifah Al-Wahid banal-Malik, di bawah pimpinan Tarikh bin Ziyad dan Musa bin
Nusair. Di bawah pemerintahan kerajaan Visigoth, Kordova yang sebelumnya makmur
menjadi mundur. Kemakmurannya bangkit kembali di masa kekuasaan Islam. Pada
tahun 756 M, kota ini menjadi ibukota dan pusat pemerintahan Bani Umayyah di
Spanyol, setelah Bani Umayyah di Damaskus jatuh ke tangan Bani Abbas tahun 750
M. Penguasa Bani Umayyah pertama di Spanyol adalah Abd Al-Rahman Al-Dakili.
Kekuasaan Bani Umnayyah di Andalus ini berlangsung dari tahun 756 M sampai 1031
M.
Sebagai ibukota pemerintahan,Kordova di masa Bani Umyyah mengalami
perkembangan yang pesat. Banyak bangunanan baru yang didirikan seperti istana,
dan masjid-masjid. Sebuah jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai
16 lengkungan dalam gaya Romawi, menghubungkan Kordova dengan daerah pinggiran
di seberang sungai. Di sebelah baa jembaan itu didirikan istana Al-Cazar.
Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abd Al-Rahman
Al-Nashir di pertengahan abad ke-10 M. Pada masa pemerintahan Islam, Kordova
juga terkenal sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman
dari sutera dan kulit yang mempunyai bentuk khusus. Pada tahun 1236 M, Kordova
direbut oleh tentara Kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari Kastila.
Setelah itu, supremasi Islam di Spanyol mulai mengalami zaman kemunduran.
Pada zaman pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, Kordova menjadi pusat
ilmu pengetahuan. Di kota itu berdiri Universitas Kordova. Banyak ilmuan dari
dunia Islam bagian timur yang tertarik untuk mengajar di universitas ini. Di
samping itu, di kota ini terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai
koleksi buku kira-kira 400.000 judul. Daftar bagian dari buku-buku itu
terkumpul dalam 44 jilid buku. Kemajuan ilmu pengetahuan disana tidak terlepas
dari dua orang khalifah pencinta ilmu, Abd Al-Rahman Al-Nashir dan anaknya
Al-Hakam. Yang disebut terakhir ini memerintahkan untuk mencari dan membeli buku-buku
ilmu pengetahuan, baik klasik maupun kontemporer. Bahkan, ia ikut langsung
dalam pengumpulan buku itu. Ia menulis surat kepada penulis-penulis terkenal
untuk mendapatkan karyanya dengan imbalan yang tinggi. Pada masanyalah tercapai
apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan sastra Spanyol Islam.
Mengutip penyair Inggris, Syekh Amir Ali melukiskan Kordova :
“Istana-istana dan taman-taman Kordova adalah indah, tetapi tidak kurang
kekaguman orang terhadapnya mengenai soal-soal yang lebih tinggi. Maha guru dan
guru-gurunya menadikannya pusat kebudayaan di Eropa, siswa-siswa biasanya
berdatangan dari seluruh pelosok Eropa untuk belajar kepada dokter-dokternya
yang masyhur”. Astronomi, geografi, dan ilmu kimia, sejarah alam semuanya
dipelajari dengan bersemangat di Kordova.
Di bidang kesusasteraan, pada zaman Umayyah mendapat perhatian besar,
baik dari penguasa maupun masyarakat, sehingga menjadi popular, bahkan menjadi
buah bibir. Lain lagi perkembangan kesusastraan yang berkembang di Eropa ketika
itu, kurang mendapat perhatian. Masjid-masjid di Kordova banyak dikunjungi oleh
ribuan siswa/mahasiswa dari berbagai wilayah untuk belajar filsafat dan ilmu
agama. Mengutip pendapat Rfenan, Amir Ali menyebutkan zaman emasnya
kesusastraan dan ilmu di Spanyol terjadi ketika daerah ini di bawah
pemerintahan Hakam Al-Mustansir Billah yang meninggal tahun 976 M.
Pada masa jayanya, di Kordova terdapat 491 masjid dan 900 pemandian
umum. Karena air di kota ini tak dapat diminum, pnguasa mulim mendirikan saluran
air pegunungan yang panjangnya 80 km.
b. Granada
Kota Granada terletak di tepi sungai Genil di kaki guunung Sierra
Nevada, berdekatan dengan pantai laut mediterania (Laut Tengah). Granada semula
adalah tempat tinggal Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi dan baru
terkenal setelah ada di tangan orang Islam. Kota I I berada di bawah kekuasaan
Islam hamper bersamaan dengan kota-kota lain di Spantol yang ditaklukkan oleh
tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Tarikh bin Ziyad dan Musa bin Nushair
tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, kota ini disebut
Andalusia Atas.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia, Granada mengalami
perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran tahun 1031 M,
dalam jangka waktu 60 tahun, Granada diperintah oleh dinasti setempat, yaitu
dinasti Zirids. Setelah itu Granada jatuh kebawah pemerintahan Al-Murabithun,
sebuah dinasti Barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M. Al-Murrabithun
berkuasa disana sampai tahun 1149 M. Pada masa pemerintahannya, banyak istana
dibangun disana.
Pada abad ke-12, Granada menjadi kota terbesar kelima di Spanyol. Kota
ini dikelilingi oleh tembok. Struktur penduduknya terdiri atas campuran dari
berbagai bangsa terutama Arab, Barbar, dan Spanyol yang menganut tiga agama
besar Islam, Kristen, dan Yahudi. Penganut agama tinggal di dalam sektornya
masing-masing di kota itu. Sejak abad ke-13, Granada diperintah oleh dinasti
Nasrid selama lebih kurang 250 tahun. Pada masa itulah di bangun buah istana
indah dan megah yang terkenal dengan nama istana Al-Hambra, yang bearti merah.
Batu-batu dan ornamen nama yang terdapat di dalamnya memang hamper seluruhnya
berawrna merah. Istana ini dibangun oleh arsitek-arsitek muslim pada tahun 1238
M dan terus dikembangkan sampai tahun 1358 M. Istana ini terletak di sebelah
timur Al-Kazaba, sebuah benteng tentara Islam. Granada terkenal dengan tembok
dan 20 menara yana mengitarinya. Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391
M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam asitektur maupun dalam
bidang politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-15 pemerintah menjadi
lemah terutama karena perpecahan keluarga. Pada tahun 1492, kota ini jatuh
ketangan penguasa Kristen, raja Ferdinand dan Isabella. Selanjutnya, tahun 1610
M orang-orangg Islam diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.
2. Perkembangan Politik
a. Kemajuan-kemajuan yang dicapai bidang politik
b. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan
1) Kemajuan Intelektual
2) Kemajuan di bidang Filsafat
a) Kemajuan dalam ilmu agama yang disebut
Al-Ulum Islamiyah
-Ilmu qiraat
-Ilmu Tafsir
-Ilmu Hadits
-Ilmu Nahwu dan Syaraf
-IlmuTarikh
b) Kemajuan dalam ilmu
pengetahuan umum yang disebut Al-Ulumud Dakhliyah
-Ilmu Kimia
-Ilmu Kedokteran
-Ilmu Bumi (geografi)
-Ilmu Astonomi
c) Bidang Seni
-Seni Sastra
-Seni Lukis
-Seni Ukir
-Seni Pahat
-Seni Suara
-Seni Pidato
-Seni Insya (seni mengarang
surat)
a mencapai puncak kejayaannya, baik dalam asitektur maupun dalam bidang
politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-15 pemerintah menjadi lemah
terutama karena perpecahan keluarga. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ketangan
penguasa Kristen, raja Ferdinand dan Isabella. Selanjutnya, tahun 1610 M
orang-orangg Islam diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.
2. Perkembangan Politik
a.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai bidang politik
b.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan
1) Kemajuan Intelektual
2) Kemajuan di bidang Filsafat
a) Kemajuan dalam ilmu agama yang disebut
Al-Ulum Islamiyah
-Ilmu qiraat
-Ilmu Tafsir
-Ilmu Hadits
-Ilmu Nahwu dan Syaraf
-IlmuTarikh
b) Kemajuan dalam ilmu pengetahuan umum yang
disebut Al-Ulumud Dakhliyah
-Ilmu Kimia
-Ilmu Kedokteran
-Ilmu Bumi (geografi)
-Ilmu Astonomi
c) Bidang Seni
-Seni Sastra
-Seni Lukis
-Seni Ukir
-Seni Pahat
-Seni Suara
-Seni Pidato
-Seni Insya (seni mengarang surat)
Faktor
Kemunduran
Kemunduran
bani umayyah dapat diketahui secara jelas dari dinamika politinya. Faktor
mendasar yg menyebabkan kemunduran bani umayyah menurut mahmudun nasir adalah
rapuhnya ikatan kekeluargaan bani umayyah.
1.Pengangkatan
lebih dari satu putra mahkota / pengaturan yg tdak jelas dalam proses
pergantian khalifah. Buktinya : Masa Marwan yg menunjuk 2 putranya sekaligus
yaitu Abdul Malik (685-705) dan Abdul Aziz. Yg kedua Abdul Malik yg menunjuk 2
putranya yaitu al-walid dan Sulaiman.
2.Timbulnya
fanatisme kesukuan. Buktinya : Adanya pertentangan etnis antara suku Arabia
Utara (bani Qays) dan Arabia Selatan (bani Kalb)
3.Kehidupan
para khalifah yg melampaui batas. Buktinya : Yazid III yg gemar minum minuman
keras
4.Fanatisme
kearaban bani umayyah. Buktinya : Munculnya kaum mawalli
5.Munculnya
kekuatan baru baik dari golongan keagamaan (Syiah) dan keturunan al-Abbas