Friday, October 10, 2014

Sejarah Bani Umayyah

Assalamu'alaikum Wr.Wb
Jumpa lagi dengan saya, pada kesempatan ini saya ingin berbagi tentang sejarah islam lebih tepatnya pada masa Bani Umayyah. Sehubungan saya mendapat tugas makalah dengan judul tersebut maka sekalian juga saya share ilmu dengan saudara saudara yang ada dimanapun, malah lebih bagus kita saling melengkapi kalau saya ada kekurangan dalam menulis tentang topik ini :D . Langsung saja kita bahas tentang Bani Umayyah


PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA
DINASTI BANI UMAYYAH

    SEJARAH BERDIRINYA DAULAH AMAWIYAH (UMAYYAH)

    Asal Mula Bani Umayyah

Nama Daulah Amawiyah tidak lain adalah Bani Umayyah. Daulah Amawiyah berasal dari nama Umayyah ibnu ‘Abdi Syam ibnu ‘Abdi Manaf,yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimipin kabilah Quraisy dizaman Jahiliyah. Umayyah senantiasa bersaing dengan pamannya, Hasyim ibnu ‘Abdi Manaf. Persaingan ini terjadi karena sama-sama ingin merebut pengaruh  (kehormatan) di tengah-tengah masyarakatnya. Pada waktu itu, siapa yang memiliki pengaruh paling besar, maka ia langsung diangkat menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat. Begitulah persaingan antara keduanya terus berlanjut hingga saling mengalahkan. Jadi tak mengherankan bila dalam persaingan ini berujung pada permusuhan.
Dalam persaingan tersebut, Umayyah memperoleh kemenangan dan dapat merebut kekuasaan. Sebab ia merupakan salah satu kabilah yang sangat terhormat dan disegani, mempunyai banyak harta kekayaan dan juga banyak memiliki keturunan sepuluh orang putra yang kesemuanya terpandang. Ketiga unsur ini merupakan potensi besar yang membawa keturunan Umayyah menjadi penguasa bangsa Arab Quraisy saat itu.
Setelah agama Islam datang hubungan antara Bani Umayyah dengan saudara-saudara sepupu mereka  Bani Hasyim semakin tegang (tidah harmonis). Persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi berubah menjadi permusuhan yang lebih nyata.
Bani Umayyah dengan tegas menentang Rasulullah saw dalam mengembangkan agama Islam. Sebaliknya Bani Hasyim menjadi penyokong dan pelindung Rasulullah saw, baik mereka yang sudah masuk Islam ataupun yang belum masuk Islam sama sekali. Pada waktu Rasulullah saw bersama ribuan kaum muslimin menduduki kota Mekkah, pada saat itulah Bani Umayyah menyatakan masuk Islam dan bergabung bersama Rasulullah.
Walaupun Bani Umayyah pernah memusuhi Rasulullah saw dengan tindakannya yang keras, namun setelah masuk Islam merka dengan segera dapat menunjukkan semangat kepahlawanan yang sulit dicari tandingannya. Mereka telah banyak sekali mencatat prestasi dalam penyiaran agama Islam, antara lain peperangan yang dilancarkan dalam memerangi orang murtad, orang-orang yang mengaku dirinya nabi atau rasul, dan orang yang enggan membayar zakat (ketika Umayyah bergabung dengan khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq).


    Proses dan sebab-sebab berdirinya berdirinya Dinasti Bani Umayyah

Proses terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai sejak khalifah Utsman bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang Humran bin Sudan pada tahun 35 H/656 M. Pada saat itu khalifah Utsman bin Affan di anggap terlalu nepotisme (mementingkan kaum kerabatnya sendiri) dalam menunjuk para pembantu atau gubernur di wilayah kekuasaan Islam.

Masyarakat Madinah khususnya para shahabat besar seperti Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam mendatangi shahabat Ali bin Abi Thalib untuk memintanya menjadi khalifah pengganti Utsman bin Affan. Permintaan itu di pertimbangkan dengan masak dan pada akhirnya Ali bin Abi Thalib mau menerima tawaran tersebut. Pernyataan bersedia tersebut membuat para tokoh besar diatas merasa tenang, dan kemudian mereka dan para shahabat lainnya serta pendukung Ali bin Abi Thalib melakukan sumpah setia (bai’at) kepada Ali pada tanggal 17 Juni 656 M/18 Dzulhijah 35 H. Pembai’atan ini mengindikasikan pengakuan umat terhadap kepemimpinannya. Dengan kata lain, Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang paling layak diangkat menjadi khalifah keempat menggantikan khalifah Utsman bin Affan.

Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat oleh masyarakat madinah dan sekelompok masyarakat pendukung dari Kuffah ternyata ditentang oleh sekelompok orang yang merasa dirugikan. Misalnya Muwiyah bin Abi Sufyan gubernur Syiria dan Marwan bin Hakam yang ketika pada masa Utsman bin Affan, menjabat sebagai sekretaris khalifah.
Dalam suatu catatan yang di peroleh dari khalifah Ali adalah bahwa Marwan pergi ke Syam untuk bertemu dengan Muawiyah dengan membawa barang bukti berupa jubah khalifah Utsman yang berlumur darah.
Penolakan Muawiyah bin Abi Sufyan dan sekutunya terhadap Ali bin Abi Thalib menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara kedua belah pihak yang berujung pada pertempuran di Shiffin 38 H/657 M. Muawiyah tidak menginginkan adanya pengangkatan kepemimpinan umat Islam yang baru.

Beberapa saat setelah kematian khalifah Utsman bin Affan, masyarakat muslim baik yang ada di Madinah , Kuffah, Bashrah dan Mesir telah mengangkat Ali bin Abi Thalib  sebagai khalifah pengganti Utsman. Kenyataan ini membuat Muawiyah tidah punya pilihan lain, kecuali harus mengikuti khalifah Ali bin Abi Thalib dan tunduk atas segala perintahnya.
Muawiyah menolak kepemimpinan tersebut juga karena ada berita bahwa Ali akan mengeluarkan kebijakan baru untuk mengganti seluruh gubernur yang diangkat Utsman bin Affan.
Muawiyah mengecam agar tidak mengakui (bai’at) kekuasaan Ali bin Abi Thalib sebelum Ali berhasil mengungkapkan tragedi terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, dan menyerahkan orang yang dicurigai terlibat pembunuhan  tersebut untuk dihukum.

Khalifah Ali bin Abi Thalib berjanji akan menyelesaikan masalah pembunuhan itu setelah ia berhasil menyelesaikan situasi dan kondisi di dalam negeri. Kasus itu tidak melibatkan sebagian kecil individu, juga melibatkan pihak dari beberapa daeraha seperti Kuffah, Bashrah, dan Mesir.
Permohonan atas penyelesaian kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan ternyata juga datang dari istri Nabi Muhammad saw, yaitu Aisyah binti Abu Bakar. Siti Aisyah mendapat penjelasan tentang situasi dan keadaan politik di ibukota Madinah, dari shahabat Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair ketika bertemu di Bashrah. Para shahabat menjadikan Siti Aisyah untuk bersikap sama, untuk penyelesaian terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, dengan alasan situasi dan kondisi tidak memungkinkan di Madinah. Disamping itu, khalifah Ali bin Abi Thalib tidak menginginkan konflik yang lebih luas dan lebar lagi.

Akibat dari penanganan kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, munculah isu bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib sengaja mengulur waktu karena punya kepentingan politis untuk mengeruk keuntungan dari krisis tersebut. Bahkan Muawiyah menuduh Ali bin Abi Thalib berada di balik kasus pembunuhan tersebut.
Tuduhan ini tentu saja tuduhan yang tidak benar, karena justru pada saat itu Sayidina Ali dan kedua putranya Hasan dan Husain serta para shahabat yang lain berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjaga dan melindungi khalifah Utsman bin Affan dari serbuan massa yang mendatangi kediaman khalifah.
Sejarah mencatat justru keadaan yang patut di curigai adalah peran dari kalangan pembesar istana yang berasal dari keluarga Utsman dan Bani Umayyah. Pada peristiwa ini tidak terjadi seorangpun di antara mereka berada di dekat khalifah Utsman bin Affan dan mencoba memberikan bantuan menyelesaikan masalah yang dihadapi khalifah.

Kemelut yang di hadapi khalifah Utsman bin Affan sebenarnya telah tercium jauh-jauh hari sebelumnya. Bahkan dengan perantara kurir bernama Mussawir bin Makharramah, pesan dari khalifah Utsman bin Affan ini tidak dilaksanakan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan yang datang dikawal oleh dua orang kepercayaannya yaitu Muawiyah bin Khudaj dan Muslim bin Uqbah serta menyarankan agar khalifah Utsman pindah ke Syam dengan alasan karena ia akan di kelilingi oleh orang-orang Muawiyah yang setia.
Usulan yang diajukan Muawiyah ini tidak diterima oleh khalifah Utsman bin Affan yang berpendapat bahwa Madinah adalah ibukota kekhalifahan dan masih banyak para shahabat yang setia serta disana pula ada makam Nabi.

Sebelum menguraikan sejarah sejarah lebih lanjut tentang prose terbentuknya Dinasti Umayyah ini, terlebih dahulu marilah kita tengok proses terbentuknya kejadian yang menyebabkan proses terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga setelah wafatnya Rasulullah saw.
Dalam menjalankan roda pemerintahannya, kalifah Utsman bin Affan banyak menunjuk para gubernur di daerah yang berasal dari kaum kerabatnya sendiri. Salah satu gubernur yang ia tunjuk adalah gubernur Mesir, Abdullah Sa’ad bin Abi Sarah. Gubernur Mesir ini di anggap tidak adil dan berlaku sewenang-wenang terhadap masyarakat Mesir. Ketidak puasan ini menyebabkan kemarahan di kalangan masyarakat sehingga mereka menuntut agar Gubernur Abdullah bin Sa’ad segera di ganti. Kemarahan para pemberontak ini semakin bertambah setelah tertangkapnya seorang utusan istana yang membawa surat resmi dari khalifah yang berisi perintah kepada Abdullah bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakar. Atas permintaan masyarakat Mesir, Muhammad bin Abu Bakar diangkat untuk menggantikan posisi gubernur Abdulah bin Sa’ad yang juga sepupu dari khalifah Utsman bin Affan.
Tertangkapnya utusan pembawa surat resmi ini menyebabkan mereka menuduh khalifah Utsman bin Affan melakukan kebajikan yang mengancam nyawa para shahabat.

Umat Islam Mesir melakukan protes dan demonstrasi secara massal menuju rumah khalifah Utsman bin Affan. Mereka juga tidak menyenangi atas system pemerintahan yang sangat sarat dengan kolusi dan nepotisme. Keadaan ini menyebabkan mereka bertambah marah dan segeras menuntut khalifah Utsman bin Affan untuk segera meletakkan jabatan.
Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh khalifah Utsman  bin Affan semakin rumit dan kompleks , sehinggatidak mudah untuk di selesaikan secepatnya. Massa yang mengamuk saat itu tidak dapat menahan emosi dan langsung menyerbu masuk kedalam rumah khalifah,sehingga khalifah Utsman terbunuh dengan sangat mengenaskan.
Meninggalnya khalifah Utsman bin Affan pada tahun 35 H/656 M dan terpilihnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah baru sangat mengguncangkan keluarga Bani Umayyah. Mereka berusaha mencari informasi siapa pembunuh Utsman sebenarnya dan mereka akan menuntut kematian khalifah dengan cara melakukan balas dendam.

Akhirnya mereka mendapat informasi bahwa orang yang patut di curigai membunuh khalifah Utsman bin Affan adalah Muhammad bin Abu Bakar. Mereka menuntut khalifah Ali bin Abi Thalib agar Muhammad bin Abu Bakar segera di tangkap dan di adili. Tuntutan itu tentu saja tidak segera dikabulkan oleh khalifah Ali bin Abi Thalib, karena tuntutan itu tidak jelas maka khalifah Ali bin Abi Thalib menolak tuntutan yang di ajukan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan.
Tuduhan yang di arahkan kepada Muhammad bin Abu Bakar dan khalifah Ali bim Abi Thalib sebenarnya menjatuhkan kekuasaan khalifah yang sah. Keadaan ini jelas sangat jauh berbeda dengan gaya kepemimpina khalifah Ali bin Abi Thalib yang tegas, lugas, dan jujur.
Beberapa gubernur yang diganti antaralain Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai gubernur Syam yang dig anti dengan Sahal bin Hunaif. Pengiriman gubernur baru ini di tolak Muawiyah bin Abi Sufyan serta masyarakat Syam.
Pendapat khalifah Ali bin Abi Thalib tentang pergantian dan pemecatan gubernur ini berdasarkan pengamatan bahwa segala kerusuhan dan kekacauan yang terjadi selama ini di sebabkan karena ulah Muawiyah dan gubernur-gubernur lainnya yang bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan pemerintahannya. Begitu juga pada saat peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan disebabkan karena kelalaian mereka.

B.       Silsilah Keluarga Bani Umayah

Secara geneologis (garis keturunan) Muawiyah bin Abi Sofyan bertemu dengan silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW pada Abdul Manaf. Keluarga Nabi Muhammad SAW dikenal dengan sebutan Bani Hasyim, sedangkan keluarga Umayah disebut dengan Bani Umayyah.
Berikut ini adalah silsilah Bani Umayyah, yang menunjukkan hubungan kekerabatan antara Keluarga Bani Umayah dengan Bani Hasyim (keluarga Nabi Muhammad SAW.)
Silsilah Bani Umayah

C.      Nama-nama Khalifah Dinasti Bani Umayah

Nama-nama kholifah Bani Umayah yang berkuasa selama kurang lebih 91 tahun, terdiri dari empat belas khalifah, yaitu:
1.      Muawiyah bin Abi Sofyan (41-60 H/661-680 M)
2.      Yazid bin Muawiyah (60-64 H/680-683 M)
3.      Muawiyah bin Yazid (64-64H/683-683 M)
4.      Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5.      Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6.      Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7.      Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-716 M)
8.      Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/716-720 M)
9.      Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)
10.  Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)
11.  Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12.  Yazid bin Walid (126-127 H/744-744 M)
13.  Ibrahim bin Walid (127-127 H/ 744-745 M)
14.  Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)
Di antara 14 orang khalifah Bani Umayah yang berkuasa selama lebih kurang 90 tahun, terdapat beberapa orang khalifah yang dianggap berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan. Adapun nama-nama khalifah Bani Umayah yang menonjol karena prestasinya adalah:
1.      Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan
2.      Khalifah Abdul Malik bin Marwan
3.      Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
4.      Khalifah Umar bin Abdul Aziz
5.      Khalifah Hisyam bin Abdul Malik

C.  PRESTASI DINASTI BANI UMAYYAH

1.       Perkembangan bangunan berupa fisik
  1. Kordova
Kota ini terletak di sebelah selatan lereng gunung Sierre de Cordova dan di tepi sungai Guadalquivir. Sebelum Spanyol ditaklukkan oleh tentara Islam tahun 711 M, Kordova adalah ibukota kerajaan Kristen Visigoth, sebelum dipindahkan ke Toledo. Penaklukan Spanyol oleh pasukan Islam terjadi pada masa khalifah Al-Wahid banal-Malik, di bawah pimpinan Tarikh bin Ziyad dan Musa bin Nusair. Di bawah pemerintahan kerajaan Visigoth, Kordova yang sebelumnya makmur menjadi mundur. Kemakmurannya bangkit kembali di masa kekuasaan Islam. Pada tahun 756 M, kota ini menjadi ibukota dan pusat pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, setelah Bani Umayyah di Damaskus jatuh ke tangan Bani Abbas tahun 750 M. Penguasa Bani Umayyah pertama di Spanyol adalah Abd Al-Rahman Al-Dakili. Kekuasaan Bani Umnayyah di Andalus ini berlangsung dari tahun 756 M sampai 1031 M.
Sebagai ibukota pemerintahan,Kordova di masa Bani Umyyah mengalami perkembangan yang pesat. Banyak bangunanan baru yang didirikan seperti istana, dan masjid-masjid. Sebuah jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai 16 lengkungan dalam gaya Romawi, menghubungkan Kordova dengan daerah pinggiran di seberang sungai. Di sebelah baa jembaan itu didirikan istana Al-Cazar. Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abd Al-Rahman Al-Nashir di pertengahan abad ke-10 M. Pada masa pemerintahan Islam, Kordova juga terkenal sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman dari sutera dan kulit yang mempunyai bentuk khusus. Pada tahun 1236 M, Kordova direbut oleh tentara Kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari Kastila. Setelah itu, supremasi Islam di Spanyol mulai mengalami zaman kemunduran.
Pada zaman pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, Kordova menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota itu berdiri Universitas Kordova. Banyak ilmuan dari dunia Islam bagian timur yang tertarik untuk mengajar di universitas ini. Di samping itu, di kota ini terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai koleksi buku kira-kira 400.000 judul. Daftar bagian dari buku-buku itu terkumpul dalam 44 jilid buku. Kemajuan ilmu pengetahuan disana tidak terlepas dari dua orang khalifah pencinta ilmu, Abd Al-Rahman Al-Nashir dan anaknya Al-Hakam. Yang disebut terakhir ini memerintahkan untuk mencari dan membeli buku-buku ilmu pengetahuan, baik klasik maupun kontemporer. Bahkan, ia ikut langsung dalam pengumpulan buku itu. Ia menulis surat kepada penulis-penulis terkenal untuk mendapatkan karyanya dengan imbalan yang tinggi. Pada masanyalah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan sastra Spanyol Islam.
Mengutip penyair Inggris, Syekh Amir Ali melukiskan Kordova : “Istana-istana dan taman-taman Kordova adalah indah, tetapi tidak kurang kekaguman orang terhadapnya mengenai soal-soal yang lebih tinggi. Maha guru dan guru-gurunya menadikannya pusat kebudayaan di Eropa, siswa-siswa biasanya berdatangan dari seluruh pelosok Eropa untuk belajar kepada dokter-dokternya yang masyhur”. Astronomi, geografi, dan ilmu kimia, sejarah alam semuanya dipelajari dengan bersemangat di Kordova.
Di bidang kesusasteraan, pada zaman Umayyah mendapat perhatian besar, baik dari penguasa maupun masyarakat, sehingga menjadi popular, bahkan menjadi buah bibir. Lain lagi perkembangan kesusastraan yang berkembang di Eropa ketika itu, kurang mendapat perhatian. Masjid-masjid di Kordova banyak dikunjungi oleh ribuan siswa/mahasiswa dari berbagai wilayah untuk belajar filsafat dan ilmu agama. Mengutip pendapat Rfenan, Amir Ali menyebutkan zaman emasnya kesusastraan dan ilmu di Spanyol terjadi ketika daerah ini di bawah pemerintahan Hakam Al-Mustansir Billah yang meninggal tahun 976 M.
Pada masa jayanya, di Kordova terdapat 491 masjid dan 900 pemandian umum. Karena air di kota ini tak dapat diminum, pnguasa mulim mendirikan saluran air pegunungan yang panjangnya 80 km.

b.  Granada
Kota Granada terletak di tepi sungai Genil di kaki guunung Sierra Nevada, berdekatan dengan pantai laut mediterania (Laut Tengah). Granada semula adalah tempat tinggal Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi dan baru terkenal setelah ada di tangan orang Islam. Kota I I berada di bawah kekuasaan Islam hamper bersamaan dengan kota-kota lain di Spantol yang ditaklukkan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Tarikh bin Ziyad dan Musa bin Nushair tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, kota ini disebut Andalusia Atas.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia, Granada mengalami perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran tahun 1031 M, dalam jangka waktu 60 tahun, Granada diperintah oleh dinasti setempat, yaitu dinasti Zirids. Setelah itu Granada jatuh kebawah pemerintahan Al-Murabithun, sebuah dinasti Barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M. Al-Murrabithun berkuasa disana sampai tahun 1149 M. Pada masa pemerintahannya, banyak istana dibangun disana.
Pada abad ke-12, Granada menjadi kota terbesar kelima di Spanyol. Kota ini dikelilingi oleh tembok. Struktur penduduknya terdiri atas campuran dari berbagai bangsa terutama Arab, Barbar, dan Spanyol yang menganut tiga agama besar Islam, Kristen, dan Yahudi. Penganut agama tinggal di dalam sektornya masing-masing di kota itu. Sejak abad ke-13, Granada diperintah oleh dinasti Nasrid selama lebih kurang 250 tahun. Pada masa itulah di bangun buah istana indah dan megah yang terkenal dengan nama istana Al-Hambra, yang bearti merah. Batu-batu dan ornamen nama yang terdapat di dalamnya memang hamper seluruhnya berawrna merah. Istana ini dibangun oleh arsitek-arsitek muslim pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan sampai tahun 1358 M. Istana ini terletak di sebelah timur Al-Kazaba, sebuah benteng tentara Islam. Granada terkenal dengan tembok dan 20 menara yana mengitarinya. Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam asitektur maupun dalam bidang politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-15 pemerintah menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ketangan penguasa Kristen, raja Ferdinand dan Isabella. Selanjutnya, tahun 1610 M orang-orangg Islam diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.

2.     Perkembangan Politik
a. Kemajuan-kemajuan yang dicapai bidang politik
b. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan
 1) Kemajuan Intelektual
 2) Kemajuan di bidang Filsafat
   a) Kemajuan dalam ilmu agama yang disebut Al-Ulum Islamiyah
     -Ilmu qiraat
     -Ilmu Tafsir
     -Ilmu Hadits
     -Ilmu Nahwu  dan Syaraf
     -IlmuTarikh
   b) Kemajuan dalam ilmu pengetahuan umum yang disebut Al-Ulumud Dakhliyah
     -Ilmu Kimia
     -Ilmu Kedokteran
     -Ilmu Bumi (geografi)
     -Ilmu Astonomi
   c) Bidang Seni
     -Seni Sastra
     -Seni Lukis
     -Seni Ukir
     -Seni Pahat
     -Seni Suara
     -Seni Pidato
     -Seni Insya (seni mengarang surat)

a mencapai puncak kejayaannya, baik dalam asitektur maupun dalam bidang politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-15 pemerintah menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ketangan penguasa Kristen, raja Ferdinand dan Isabella. Selanjutnya, tahun 1610 M orang-orangg Islam diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.

2.     Perkembangan Politik
a. Kemajuan-kemajuan yang dicapai bidang politik
b. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan
 1) Kemajuan Intelektual
 2) Kemajuan di bidang Filsafat
   a) Kemajuan dalam ilmu agama yang disebut Al-Ulum Islamiyah
     -Ilmu qiraat
     -Ilmu Tafsir
     -Ilmu Hadits
     -Ilmu Nahwu  dan Syaraf
     -IlmuTarikh
   b) Kemajuan dalam ilmu pengetahuan umum yang disebut Al-Ulumud Dakhliyah
     -Ilmu Kimia
     -Ilmu Kedokteran
     -Ilmu Bumi (geografi)
     -Ilmu Astonomi
   c) Bidang Seni
     -Seni Sastra
     -Seni Lukis
     -Seni Ukir
     -Seni Pahat
     -Seni Suara
     -Seni Pidato
     -Seni Insya (seni mengarang surat)

Faktor Kemunduran
Kemunduran bani umayyah dapat diketahui secara jelas dari dinamika politinya. Faktor mendasar yg menyebabkan kemunduran bani umayyah menurut mahmudun nasir adalah rapuhnya ikatan kekeluargaan bani umayyah.
1.Pengangkatan lebih dari satu putra mahkota / pengaturan yg tdak jelas dalam proses pergantian khalifah. Buktinya : Masa Marwan yg menunjuk 2 putranya sekaligus yaitu Abdul Malik (685-705) dan Abdul Aziz. Yg kedua Abdul Malik yg menunjuk 2 putranya yaitu al-walid dan Sulaiman.
2.Timbulnya fanatisme kesukuan. Buktinya : Adanya pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (bani Qays) dan Arabia Selatan (bani Kalb)
3.Kehidupan para khalifah yg melampaui batas. Buktinya : Yazid III yg gemar minum minuman keras
4.Fanatisme kearaban bani umayyah. Buktinya : Munculnya kaum mawalli
5.Munculnya kekuatan baru baik dari golongan keagamaan (Syiah) dan keturunan al-Abbas

                                                                                        

0 comments:

Post a Comment